Senin, 11 Maret 2013

BELAJAR KONSEP


Setiap apa yang kita lihat, dengar dan rasakan (pengalaman) akan direspon oleh system saraf pusat kita. Pengalaman itu penting dan menentukan respon kita terhadap stimulus lain yang memiliki kesamaan dengan pengalaman tersebut. Respon terhadap stimulus yang pernah kita lihat pada waktu sebelumnya inilah yang disebut konsep. Maka pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki cirri-ciri yang sama[1]. Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser, 1984:22)[2].
Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman dan kerap dikenal dengan nama “concept formation”. Dalam bentuk belajar ini, orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam semua objek yang meliputi benda, kejadian dan orang hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori belajar konsep dipengaruhi filsafat kostruktivisme. Konstruktivisme menekankan pengetahuan dibentuk siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep yang menjelaskan siswa selalu mengalami perubahan konsep sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat.
Sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi atau dasar (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar atau patokan oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.
Dengan demikian, seorang pendidik atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan seharusnya memahami tentang belajar konsep dan mengetahui cara yang tepat untuk mengarahkan siswa dalam pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat.
1.      PENGERTIAN BELAJAR KONSEP
Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser, 1984)[1]. Konsep mengacu pada serangkaian fitur atau atribut satu atau lebih sifat-sifat umum yang dihubungkan oleh sebuah aturan.
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memilikki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi sehingga objek ditempatkan pada golongan tertentu.konsep sendiri dapat dilambangkan dengan suatu kata (lambang bahasa)[2].
Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.
Belajar konsep mengacu pada setiap kegiatan di mana pelajar harus belajar mengklasifikasikan dua atau lebih peristiwa yang agak berbeda atau benda ke dalam satu kategori. Pembelajaran konsep mencakup belajar untuk membuat tanggapan umum kepada sekelompok stimulus yang memiliki beberapa fitur atau sifat yang sama. Belajar konsep di sisi lain mencakup belajar respon tunggal untuk dua atau lebih rangsangan yang merupakan perbandingan antara stimuli dan respon. Belajar konsep mengharuskan pelajar datang untuk menanggapi fitur yang relevan dengan konsep dan mengabaikan fitur yang tidak relevan dalam mengklasifikasikan peristiwa.
Belaja konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkrit adalah pengetian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertenti sepertia meja, kursi, tumbuhan, mobil, dll. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidakklangsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik, kkarena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan melalui proses mental. Misalnya saudara sepupui, paman, bibi, perkawinan, dll. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.
Menurut Flavell (1970)[3] ada tujuh dimensi konsep , yaitu:
  1. atribut
  2. struktur
  3. keabstrakan
  4. keinklusifan
  5. generalitas/keumuman
  6. ketepatan
  7. kekuatan atau power
Belajar konsep merupakan taraf komprehensif. Taraf kedua dalam taraf berpikir. Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu berpikir reseptif atau menerima.
Teori-teori belajar konsep
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam belajar konsep berasal dari konsepsi respon stimulus asosiasionistik dari proses belajar dan mengadopsi prinsip pengkondisian untuk menjelaskan perilaku konseptual. Pendekatan kedua dalam pembelajaran konsep menekankan pentingnya hipotesis dan strategi. Di mana pendekatan ini bersifat kognitif.
1)      Teori asosiasi S-R
Teori S-R berpendapat bahwa kekuatan asosiasi antara dimensi yang relevan dan respon yang benar dibangun secara bertahap dimana seseorang dapat dikatakan telah memperoleh konsep. Teori S-R mediational berasumsi bahwa konsep pembelajaran berkembang karena mediasi respon dibuat untuk stimulus tersebut. Ada dua dasar masalah pengalihan pemecahan digunakan dalam studi pembelajaran konsep. Pertama, yang disebut reversal (pembalikan) atau intradimensional, kedua disebut nonreversal atau extradimensional.
2)      Teori pengujian hipotesis
Teori pengujian hipotesis dari pembelajaran konsep menekankan manusia untuk lebih aktif dalam tugas dalam arti bahwa kita secara aktif memilih dan menguji solusi yang mungkin dilakukan untuk pemecahan masalah. Ada dua strategi, yakni strategi konservatif focusing dan strategi focus gambling.
3)      Teori pengolahan informasi
Teori ini menekankan pada karakter pengolahan informasi dalam belajar konsep. Teori-teori ini berasal dari analogi komputer dan melihat belajar konsep dalam hal urutan proses pengambilan keputusan yang dibuat oleh pelajar.
Factor-faktor yang mempengaruhi individu memperoleh konsep
Secara umum, faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori : variabel tugas dan variabel pelajar. Yang termasuk variabel tugas yaitu contoh positif dan negatif, atribut relevan dan tidak relevan, arti-penting stimulus dan abstractness-konkrit, umpan balik dan faktor temporal dan variabel pelajar adalah kecerdasan dan memori.
1)      Contoh positif dan negatif
Dalam hal ini, kecenderungan manusia menggunakan positif instance dalam mempelajari konsep daripada negative instance. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi pada negatif instance dan kebanyakan manusia menggunakan positif instance.
2)      Atribut  relevan dan tidak relevan
Semakin besar jumlah atribut tidak relevan dalam tugas konseptual semakin sulit tugas tersebut. Dan semakin banyak tugas dengan atribut yang relevan, semakin mudah tugas pembelajaran tersebut.
3)      Stimulus arti-penting dan abstractness-konkrit
Arti-penting kekhasan dari isyarat yang relevan menentukan kemudahan belajar konsep. Konsep seperti "rumah","anjing" dan "mobil" dipelajari lebih mudah dari konsep-konsep abstrak yang melibatkan bentuk misalnya spasial.
4)      Umpan balik dan faktor sementara
Umpan balik dalam bentuk respon menunjukkan apakah benar atau tidak menyediakan pelajar dengan informasi tentang kebenaran tanggapannya. Selain itu, umpan balik dapat berfungsi untuk membimbing tanggapan berikutnya dalam tugas-tugas konseptual.
5)      Aturan konseptual
Cara penggabungan aturan konseptual akan menentukan kemudahan pembelajaran konsep. Konsep yang menggunakan aturan konjungtif lebih mudah dipelajari dari konsep yang menggunakan aturan kondisional dan bikondisional.
6)       Memori dan kecerdasan
Memori dan kecerdasan adalah variabel perbedaan individual yang diketahui mempengaruhi kemudahan pembelajaran konsep. semakin cerdas seseorang memecahkan tugas konseptual, semakin cepat mempelajari konsep.

2.      CARA INDIVIDU MEMPEROLEH KONSEP
Individu dapat belajar konsep melalui suatu benda, aneka gambar dan penjelasan verbal. Menurut teori Ausubel (1968)[4], individu memperoleh konsep melalui 2 (dua) cara, yaitu :
1)      Melalui formasi konsep
Formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan terdekatnya. Misalnya, pada saat seorang anak yang baru berusia 2 tahun memanggil Bapak dan Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah Bapak. 
2)      Asimilasi Konsep
Sedangkan asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewan-hewan lain
Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Empat tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier[5] adalah sebagai berikut:
a.       Tingkat konkret
Tingkat konkret ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Contohnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret. Dengan demikian dapat dikatakan juga anak mampu membedakan stimulus yang ada di lingkungannya terhadap kelereng tersebut. Pada saat ini anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.
b.      Tingkat identitas
Pada tingkat identitas seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.
c.       Tingkat klasifikatori
Tingkat klasifikatori dapat digambarkan anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah.
d.      Tingkat formal
Pada tingkatan formal anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal.
3.      PENERAPAN BELAJAR KONSEP
Individu dapat belajar konsep melalui suatu benda, aneka gambar dan penjelasan verbal. Di sekolah dasar belajar konsep melalui benda-benda dan gambar-gambar akan lebih menonjol. Sedangkan di sekolah menengah dan perguruan tinggi belajar konsep melalui penjelasan verbal akan lebih menonjol.
Ada 2 strategi utama yang dapat digunakan untuk pembelajaran konsep, yaitu sebagai berikut :
a)      Melalui pendekatan inkuiri
Pada pendekakatan inkuiri, para peserta didik dapat diperlihatkan sekelompok benda yang berbeda. Satu sekelompok benda merupakan contoh dari konsep yang ingin disampaikan dan sekelompok benda yang lain merupakan yang bukan contoh dari konsep yang ingin disampaikan. Cara penyampaiannya dapat bermacam-macam dari pengkelompokkan secara tertulis atau melalui bentuk gambar maupun suara.
Selanjutnya, para peserta didik diminta untuk melakukan permainan tebak-tebakan. Mereka diminta melengkapi kelompok benda yang merupakan contoh konsep dan juga yang bukan contoh konsep. Mungkin diantara mereka ada yang berhasil mengkategorikan kelompok benda yang contoh dan bukan contoh konsep tersebut, dan adapula yang tidak berhasil. Pada akhirnya, para peserta didik akan tergiring dan termotivasi untuk berfikir dan menemukan contoh-contoh dari konsep yang dimaksud yang mereka kembangkan sendiri. Pendekatan inkuiri lebih cocok digunakan untuk peserta didik di kelas-kelas awal SD dengan bimbingan guru.
b)      Pendekatan ekspositori
Strategi kedua untuk mengajarkan konsep adalah dengan pendekatan ekpositori. Pada pendekatan ekspositori, peserta didik dimotivasi sejak awal untuk menemukan contoh-contoh yang dikembangkannya sendiri untuk mengkategorikan sebuah konsep. Namun demikian, guru tetap harus menjelaskan secara mendetail tentang konsep yang dibahas. Pendekatan ekspositori lebih sesuai digunakan di kelas-kelas tinggi di SD, karena para siswa di kelas tinggi di SD sudah dapat diajak berpikir detail, dan komprehensif.
Beberapa prinsip praktis pembelajaran konsep
1.      Memikirkan contoh-contoh baru untuk konsep
Agar konsep sepenuhnya dipahami dan dimengerti, penting untuk memikirkan contoh-contoh tambahan selain yang disajikan oleh instruktur, sehingga memikirkan contoh baru tidak hanya mempertajam, memurnikan dan memperkaya konsep tetapi juga memberikan praktek dalam proses pencarian informasi penting.
2.      Menggunakan kedua contoh positif dan negatif
Selain memikirkan contoh-contoh baru, kita juga menggunakan contoh positif dan negatif agar pembelajaran konsep lebih dipahami dan dimengerti.
3.      Menggunakan berbagai contoh
Bagian-bagian sebelumnya secara implisit menekankan pentingnya berbagai contoh pada pembelajaran konsep. kita harus memilih variasi yang cukup banyak sehingga proses pembelajaran akan mencapai pemahaman konsep yang optimal.
4.      Fitur pokok yang relevan
Tugas utama adalah menekankan fitur yang relevan dari konsep, tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Hal ini dapat dilakukan dengan cara verbalisasi bentuk yang relevan dan penyajian secara simultan dari contoh positif dan negatif.
Belajar konsep merupakan suatu penting yang harus diajarkan pada anak/siswa. Dengan belajar konsep, individu tidak akan terjebak pada istilah-istilah keseharian yang sebenarnya dia juga tidak mengerti maksudnya (omong kosong). Anak akan lebih memahami sesuatu apabila pendidik mengajarkan melalui konsep, mengajarkan langsung benda dan pengetahuan


[1] http://repository.upi.edu/kampus-daerah/fulltext/upload/s_pwk_1008332_chapter2.pdf
[2] Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.
[3] Flavell, J.H. 1970. Developmental Studies Of Mediated Memory. In H. W. Reese & L. P. Lipsitt (Eds), Advances in child development and child behavior (Vol.5, pp. 181-211).New Yorkk. Academic Press.
[4] Ausubel, D.P. Educational Psychology: a cognitive view.New York: Holt, Rinehart and Winston. 1968.
[5] Dahar (1996:88). Model-model Mengajar. Bandung. CV. Diponegoro



[1] Bahri, Syaiful. Psikologi Belajar. 2002. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[2] http://repository.upi.edu/kampus-daerah/fulltext/upload/s_pwk_1008332_chapter2.pdf